Image default
Trend

Vaksinasi Covid -19, Kado Terindah di Masa Pandemi

 

 

Vaksin Covid 19, Kado Terbaik di Masa Pandemi

 

 

Mendapatkan vaksin Covid 19 adalah sebuah penantian yang cukup mendebarkan, dan penuh harapan, semoga segera mendapatkan kesempatan emas itu. Terserah, dimana pun vaksinasinya. Setiap hari, pekerjaan mengharuskan untuk terus hadir di kantor, yang kebetulan berada di daerah zona merah, Jakarta.

Dan, akhirnya, kesempatan itu tiba juga. Rabu petang, 3 Maret 2021, kabar gembira itu muncul melalui sebuah pesan singkat yang menginformasikan undangan untuk menghadiri vaksinasi di salah satu pusat perbelanjaan di Ciledug, Tangerang, Banten. Senang rasanya. Seperti sudah divaksin, padahal baru pengumuman.

Meskipun sering membaca banyak artikel tentang vaksinasi, dan banyak vaksinasi yang sudah dilalui  sejak masa kanak – kanak, namun belum puas rasanya sebelum membaca informasi tentang vaksinasi khusus Covid  19. Agak tenang rasanya setelah mengetahui segala informasi tentang apa saja yang harus disiapkan sebelum vaksinasi dan apa saja efek samping setelah vaksinasi.

Salah satu artikel yang dibaca menyarankan agar sebelum vaksinasi harus tidur cukup, 7  – 8 jam, karena orang yang kurang tidur dampak vaksinnya bisa melorot hingga 50% dari yang seharusnya. Selain itu, kondisi tubuh harus fit dan bervitamin cukup. Okelah, keduanya dilaksanakan. Pukul 22.00, saya mulai tidur dan minum multivitamin.

Keesokan harinya, Kamis, Pukul 08.00 pagi, berangkat bersama pasangan ke lokasi vaksinasi. Tiba di lobi akses masuk, terjadi sedikit hambatan, karena petugas keamanan meminta formulir Lebar Skrining Kesehatan Pravaksinasi COVID 19 harus dibawa secara fisik. Padahal kami sudah daftar secara online melalui link pendaftaran yang disebar panitia, dan pihak panitia pun tidak memberitahukan perlunya formulir skrining itu sebelumnya.

Agak sedikit emosi, karena hambatan yang tidak terduga ini. Namun, insiden ini berakhir setelah pihak panitia memberitahukan bahwa formulir tersedia di area registrasi vaksinasi. Yang berarti harus melalui Pak Penjaga Keamanan yang sangat melaksanakan tugasnya itu.

Singkat cerita, kami pun duduk di jalur antrian yang berbeda. Saya di Jalur 26, sedangkan pasangan saya di Jalur 25. Pada setiap jalur inilah kami diwawancarai tentang riwayat penyakit (rata – rata penyakit dalam) yang pernah diderita, yaitu penyakit jantung, diabetes, asma, sampai penyakit kuning atau liver. Semuanya lolos.

Tiba saatnya pemeriksaan tekanan darah. Saya percaya diri, inipun tidak akan menyulitkan. Namun, tes tekanan darah pertama, gagal.

“Pak, tensi-nya masih tinggi. Kita ulang ya,” ujar Mba Petugas Dinas Kesehatan Kota Tangerang di depan saya.

Tes kedua, tensi darah masih 170. “Pak, masih tinggi. Bapak punya riwayat darah tinggi gak?” tanya si Mba.

“Tidak ada. Saya yakin kalau soal itu,” jawab saya percaya diri.

Tes ketiga, masih sama. Akhirnya, saya diminta menarik nafas panjang, dan membuangnya secara teratur, rileks, karena si Mba nya mulai curiga pasti ada sesuatu. Saya pun, berinisiatif minum air mineral yang saya bekal dari rumah, lalu ngemil permen, demi mendapatkan ketenangan. Dalam hati, saya lafadz – kan dzikir Istigfar, juga demi memperoleh ketenangan dan meminta  pertolongan – Nya. Hasilnya, sukses. Tensi darah lolos.

Lalu dengan sedikit bergurau, saya bilang pada si Mba. “Mungkinkah tensi darah tinggi ini akibat saya sempat emosi tadi di pintu masuk?”.

“Oohh, bisa jadi Pak…hehehe,” katanya ikutan lega.

Akhirnya, datang juga yang ditunggu-tunggu itu. Jarum suntik disiapkan di meja terakhir pada antrian itu. Seorang dokter muda menanti disana, didampingi juru suntik, dan seorang petugas lainnya yang menyiapkan jarum suntik dengan vaksinnya.

“Tarik nafas panjang ya Pak. Tenang saja. Kita mulai,” ujar juru suntik, sembari mengoleskan cairan dengan kapan.

Lalu, terasa muncul rasa nyelekit kecil di lengan kiri. Rasanya seperti tertusuk ujung ijuk sapu. Begitu cepat. Bahkan, perhatian saya masih tertuju pada dokter di depan saya, yang saya minta mendokumentasikan peristiwa penting ini melalui telepon genggam saya.

“Ok Pak, selesai”, ujar dokter itu.

Lega rasanya. Vaksin itu sudah ada dalam tubuh saya. Setengah beban seperti sirna.

Lalu petugas meminta kami menunggu di ruangan khusus untuk observasi selama 30 menit. Ini pun cukup menegangkan, karena kami tidak tahu apa dampak vaksin ini bagi tubuh. Semua orang mengalami pengalaman pertamanya. Sama seperti saya.

Petugas mengingatkan, apabila merasakan sesuatu yang tidak biasa, segera melapor. Baik itu mual, sakit kepala, atau sesak nafas.

30 menit yang terasa panjang itu pun akhirnya berakhir dengan memuaskan. Alhamdulillah, tubuh saya menerima vaksin Sinovac ini. Setelah mendapatkan jadwal Vaksin kedua, dan Kartu Vaksinasi Covid 19, kami pun segera keluar dari area vaksinasi ini. Menurut artikel di media online, hari ini ada sekitar 1.000 orang yang akan divaksin di lokasi tersebut. Antrian semakin Panjang, seiring matahari yang kian meninggi.

Ada beberapa catatan yang saya dapatkan dari pengalaman ini. Sebelum berangkat menuju lokasi vaksinasi, perhatikan hal – hal ini:

  1. Persiapan fisik harus matang, sejak malam sebelum vaksinasi, antara lain minum vitamin cukup dan tidur cukup. Kalau olahraga ringan membuat tubuh lebih fit, bolehlah olahraga dulu.
  2. Persiapan jiwa juga penting. Pastikan, perasaan dan pikiran tenang. Hilangkan hal – hal yang membuat khawatir dan emosi meninggi.
  3. Bawa bekal – bekal ini: Mengenakan Masker (wajib demi protokol kesehatan); Bawa Pulpen sendiri, biar tidak bergantian pulpen dengan orang lain; Siapkan Fotokopi KTP, dan siapkan di saku baju, biar tidak perlu mengeluarkan dompet dari tas atau celana. Ribet; Bawa hand sanitizer sendiri, karena bisa jadi tidak ada tempat cuci tangan di lokasi; Bawa air minum sendiri, siapa tahu perlu menenangkan diri, seperti saya; Bawa permen, siapa tahu perlu; Bawa tisu basah sendiri, karena ada saja kejadian yang membuat kita harus tetap higienis;
  4. Tetap mawas diri, karena di lokasi selalu saja ada momen dimana orang menjadi berkerumun. Jangan ikutan berkerumun ya, jaga jarak selalu.

Salam sehat selalu.

 

 

 

Related posts

Paska Holding Ultra Mikro Terbentuk, Kredit UMKM BRI Mendominasi 82,67%

dadali

Optimalkan GATF, BNI Hadirkan Weekend Banking 

dadali

Modal Menebal, BNI Percaya Diri Ekspansi

dadali
Select your currency
USD Dolar Amerika Serikat (US)