Image default
Uncategorized

Hutan Organik, Harimau pun Suka

 

Hutan Organik,

Harimau pun Pernah Berkunjung

Peternakan Ayam Petelur
Di tengah kawasan Hutan Organik dibangun peternakan ayam petelur yang turut menjadi sumber mata pencaharian kelompok tani setempat, dan sanggup menahan tekanan ekonomi akibat pendemi

 

           Yuhan Subrata, kini mendapat amanah dari sang ayah, Almarhum Bambang Istiawan untuk menjaga hutan seluas 30 hektar di kawasan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pada tahun 2001, ketika Yuhan masih kecil, kawasan itu bukanlah hutan belantara seperti sekarang, melainkan lahan tandus, sampai cacing pun tak sanggup hidup di dalam tanah yang sangat asam itu.

            Sebuah embung tempat mata air terkumpul pun kering kerontang. Dari embung kering inilah, Bambang dan sang istri, Rosita, menentukan titik target program yang setengah mustahil ketika itu, yaitu menanam dan menumbuhkan pohon di tanah dengan ph sangat rendah. Embung mata air itulah yang menjadi patokan bahwa proyek membangun Hutan belantara berhasil atau gagal.

            Puji syukur, setelah dua dasawarsa berlalu, kini lahan kritis itu telah berubah menjadi lahan hijau dengan tegakan pohon kayu penahan erosi yang tumbuh menyegarkan mata. Mata air yang semula kering kini memenuhi embung, dan menjadi sumber air yang menghidupi setidaknya 500 keluarga, dan bisa jadi menjadi sumber pencegah banjir di Ibukota Jakarta dan bencana longsor di Megamendung.

            Sebuah pendopo yang dibangun di Jalan Cipendawa Blok S, Cipayung Girang, Kecamatan Megamendung, Bogor, Jawa Barat menjadi pusat dari seluruh program. Disini pula Yuhan Subrata berbicara dengan senangnya menceritakan kisah perjuangan bersama kedua orang tuanya menjaga hutan yang mereka bangun kepada bikinrilis.com.

            Bagi Yuhan, tantangan terberat dalam menjaga hutan adalah manusia, termasuk para pemilik dana yang ingin membangun properti di Kawasan hutan hingga para pencari rente dari tumbuhan kayu yang tak ternilai harganya. Untuk menghadapinya, Yuhan menggunakan banyak cara mulai dari kepemilikan izin pengelolaan lahan, hingga menumbuhkan mitos bahwa hutan ini kawasan angker.

            “Kadang kami siapkan kopi dan cemilan sebagai sesajen, dan menunjukkan bahwa daerah ini angker. Cara ini cukup  sukses menghalau orang yang coba – coba merusak lahan,” ujar Yuhan.

            Meski demikian, Yuhan dan Rosita sangat terbuka pada siapa saja yang ingin belajar tentang cara membangun hutan dari nol seperti yang telah mereka lakukan. Sebelum pandemi, warga yang ingin belajar, bebas untuk datang. Setelah pandemi, pembelajaran tetap  dapat diberikan melalui daring. Bahkan, ada salah satu kementerian yang selalu mengirimkan stafnya yang akan promosi jabatan untuk belajar dulu di Hutan Organik ini.

Merasa sendiri

            Dalam perjalanannya membangun kawasan hutan baru keluarga Bambang Istiawan kerap merasa berjuang sendiri. Meskipun pernah mendapatkan beberapa kali penghargaan dari berbagai pihak, termasuk Presiden Joko Widodo, namun belum dapat menjawab kebutuhan mendesak dan segera dari proyek penanaman pohon.

            Untuk itulah, setengah tidak percaya ketika pada tahun 2018, ada satu perusahaan yang mau membiayai pembibitan pohon yang bakal ditanam di Kawasan Hutan Organik itu. Perusahaan ini cukup serius, hingga terus menanamkan dana CSR – nya untuk membiayai proses penanaman bibit – bibit pohon tadi pada tahun 2019. Perusahaan yang sama, juga mau diajak untuk melebarkan program penanaman pohon ke lokasi lain, yaitu ke Kawasan kirtis di Cijeruk.

            “Baru BNI (Bank Negara Indonesia, Red) yang bersedia membantu seperti ini. Dalam kerjasamanya ditetapkan nanam 10.000 pohon, tetapi kami realisasikan menjadi 15.000 pohon. Semua pohon kami pasang geotagging, sehingga perusahaan dapat mengetahui hasil penanamannya,” tutur Yuhan.

               Hutan Organik di Megamendung ini memang menjadi saksi bahwa upaya serius mengubah lahan kritis yang nyaris tanpa harapan menjadi hutan rimbun yang menghidupi masyarakat disekitarnya, merupakan sebuah keniscayaan. Lahan seluas 30 hektar ini kini semakin menghijau dan menjadi simbol keberhasilan kolaborasi antara pecinta lingkungan dengan dunia usaha.

            Konsep Hutan Organik ini memang unik. Selain membuat lingkungan lestari, juga dapat mendorong pergerakan ekonomi masyarakat sekitar. Pasalnya, di sana tidak hanya ditanami pepohonan rindang untuk penghijauan tetapi juga buah-buahan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti Durian, Alpukat, Mangga, Rambutan, Cengkeh dan Pala. Dimana, masyarakat bisa merasakan langsung hasil panen buah-buahan tersebut bagi pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.

            “Pada waktu Pandemi datang, kami terus berpikir mencari solusinya. Smpai pada akhirnya, kami membangun peternakan ayam petelur. Alhamdulillah, bisa menghasilkan, dan menjadi sumber pendapatan harian, sebagai penopang kebutuhan sehari – hari. Selain ayam, kami juga kembangkan peternakan kambing,” ujarnya.

Tiga manfaat

            Menurut Yuhan, setidaknya terdapat tiga manfaat utama penghijauan bagi lingkungan dan manusia. Pertama, untuk mencegah erosi tanah. Erosi tanah adalah masalah yang umum terjadi di tanah tandus. Tanah yang tandus akan mengalami angin kencang yang membawa partikel-partikel besar dari tanah sehingga menyebabkan erosi tanah dan juga berdampak negatif pada kualitas udara.  Dengan penghijauan, pepohonan akan bertindak sebagai penghalang angin sehingga melemahkan kecepatan angin dan mengurangi dampak dan kemampuannya untuk membawa partikel yang besar dari tanah.

         Akar-akar pohon yang tertanam di dalam tanah juga berguna menahan tanah untuk memastikan bahwa tanah tidak terseret air selama banjir. Daun dan ranting pohon juga membantu untuk mengurangi dampak tetesan air hujan di tanah sehingga dapat mencegah erosi. Dengan pohon-pohon yang ditanam, akan menahan tanah sehingga tidak mudah longsor, terutama di daerah berbukit dan pegunungan.

          Kedua, membuat kualitas udara menjadi lebih baik. Pohon memainkan peran penting dalam memurnikan udara. Orang-orang yang tinggal di daerah dengan banyak pohon memiliki risiko lebih kecil menderita kondisi yang berhubungan dengan udara. Ini karena pohon dapat memurnikan karbon dioksida dan memberikan oksigen melalui fotosintesis.

Seperti kita tahu, banyak aktivitas manusia telah menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah besar, seperti ketika mereka mengemudi, membakar fosil, dan kegiatan industri. Pohon tidak hanya memurnikan karbon dioksida, tetapi juga berguna untuk memurnikan emisi rumah kaca. Pohon dapat menjebak partikel tanah di udara sehingga menghasilkan kualitas udara yang lebih baik.

          “Untuk setiap pohon yang ditanam dalam kerjasama dengan BNI ini akan menyerap dampak buruk karbondioksida. Dari 10 ribu pohon yang ditanam selama 2019, kami perhitungkan penyerapan karbondioksidanya mencapai 45,9 ton. Begitu juga dengan 10 ribu pohon lainnya yang ditanam pada tahun 2020. Ini akan terus lestari dengan adanya pembibitan di lokasi penanaman,” ujar Yuhan.

          Ketiga, penghijauan berguna untuk mencegah terjadinya banjir. Pepohonan yang ditanam mempunyai akar yang berfungsi sebagai penyerap air dan menyimpannya di dalam tanah. Oleh karena itu, air yang terserap akan terkunci di dalam tanah. Dengan terkuncinya air ke dalam tanah akan mengecilkan resiko terjadinya banjir. Air hujan yang volume-nya banyak tidak akan meluap sehingga banjir dapat dicegah.

            Kini hutan pun telah berdiri. Bukan dedemit yang harus menjaganya, tetapi manusia yang menyayangi kehidupannya. Bahkan, si raja hutan pun pernah berkunjung ke Hutan Organik ini, sempat menyerang beberapa ekor kambing. Namun, tidak ada dendam dihati Yuhan. “Kami ingin berdampingan hidup dalam alam yang menyegarkan,” tutupnya.

            Salah satu jenis pohon yang ditanam adalah kayu Afrika. Usianya termasuk Panjang, hingga 20 tahun. Salah seorang volunteer yang ikut menanam pohon Kayu Afrika, Muhammad Muchtar dengan penuh harap berbisik pada bibit pohonya: “Sampai jumpa 20 tahun ke depan”.

 

 

Related posts

Road to MotoGP Mandalika 2022, Produk UKM Indonesia akan Hiasi Sirkuit

dadali

WMUU Terdeteksi di Indeks IDX80 dan Kompas100

dadali

Kisah Tempe, 5.000 Kilometer dari Jakarta

dadali
Select your currency
USD Dolar Amerika Serikat (US)