Image default
Energi

Batu Bara Masih Jadi Energi Paling Murah di Dunia, Kok Bisa? 

Hendra berpendapat situasi ini memberikan dampak positif bagi Indonesia. RI menjadi salah satu negara penghasil batu bara termal terbesar di dunia. Jenis batu bara ini digunakan oleh dunia sebagai sumber energi bagi pembangkit listrik.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, produksi batu bara dalam negeri telah mencapai 74,02 juta ton hingga 4 Maret 2022. Jumlah ini setara dengan 11,16 persen dari target yang telah ditetapkan pemerintah yakni 663 juta ton hingga akhir tahun nanti.
Dari jumlah tersebut, batu bara Tanah Air yang telah dijual ke pasar diekspor sebesar 11,14 juta ton dan 18,24 juta ton lainnya diperuntukan bagi industri dalam negeri. Baik bagi pembangkit listrik maupun kebutuhan industri seperti pupuk dan semen.  Sementara sisanya masih dalam proses penjualan.
Selain itu, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menerangkan bahwa pertumbuhan industri batu bara akan meningkatkan kebutuhan pada tenaga kerja. Artinya keberadaan pertambangan fosil ini mampu mengurangi jumlah pengangguran di dalam negeri.
“Kenaikan ini juga akan kembali menghidupkan perekonomian masyarakat dan Pemda, di mana lokasi pertambangan batu bara berada,” katanya.
Sejauh ini, batu bara terus menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar pada subsektor mineral dan batu bara. Tahun lalu, pendapatan negara bukan pajak (PNBP) pada sektor ini mencapai Rp 75,15 triliun atau 192% dari target. Sedangkan tahun ini diproyeksi sumbangan devisa bagi negara bisa melebihi target tahun lalu.
Adapun terhadap upaya transisi energi, batu bara menjadi salah satu penopang energi terbesar di dalam negeri. Pasalnya transisi energi atau peralihan penggunaan pada pembangkit energi bersih masih pada tahap pengembangan.
Di samping itu, biaya investasi untuk pengembangan energi baru terbarukan terbilang cukup mahal. Kementerian ESDM dalam beberapa kesempatan sempat menyebutkan bahwa investasi yang diperlukan untuk pengembangan EBT mencapai Rp400 triliun dalam 10 tahun ke depan. Asumsi ini mempertimbangkan setelah RUU EBT rampung.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi KESDM Dadan Kusdiana sempat menerangkan bahwa energi terbarukan pada sektor kelistrikan masih cukup tinggi mencapai US$1 – US$2 juta per Megawatt (MW) EBT. (*)

Related posts

Indonesia Timur, Kini Punya PLTA Poso dan PLTA Malea

dadali

Efek Perang Rusia – Ukraina, RI Naikkan Patokan Harga Minyak Mentah USD 9,83 per Barel

dadali

RI Gandeng Swiss, Gembleng Dosen 5 Politeknik Perdalam Teknologi PLTA

dadali
Select your currency
USD Dolar Amerika Serikat (US)