Budidaya Porang dan Permintaan Pak Presiden
Ekspor sebuah komoditas pertanian kerap menjadi perhatian karena menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pengembangan sebuah komoditas. Begitu juga ketika Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo menyaksikan ekspor komoditas Tanaman Porang olahan oleh PT Asia Prima Konjac di Madiun pertengahan pekan ini. Momentum kunjungan Pak Menteri di pabrik pengolahan porang ini muncul menghangatkan akun Instagram resmi @kementerian pertanian.
Di dalam unggahan resmi tersebut yang dipublikasikan dalam bentuk video singkat ditayangkan ucapan Menteri Pertanian. Salah satu yang dia tegaskan adalah bahwa pengembangan porang adalah perintah spesifik Presiden Republika Indonesia Joko Widodo, sama pentingnya dengan pengembangan sarang burung wallet, yang juga menjadi bagian perintah presiden.
“Salah satu perintah spesifik Presiden Jokowi adalah kembangkan porang dan sarang burung wallet secara maksimal. Kementan menangani ini (porang) baru pada tahun 2020. Sebelumnya, Budidaya Porang sudah ada, namun belum dalam satu intervensi secara khusus. Perintah Presiden, intervensi dilakukan,” ujar Syahrul Yasin Limpo.
Kemudian Pak Menteri ini menyampaikan posisinya saat itu yang sedang berada di area produksi porang milik PT Asia Prima Konjac di Madiun. Melalui perusahaan inilah salah satu permintaan spesifik Presiden, perlahan namun pasti, terpenuhi. Perintah Presiden jelas, perbanyak bahan baku porang dan kembangkan produk turunannya.
“Saya melihat awal proses perkembangan dalam 2 tahun terakhir. Sekarang ada lihat Budidaya Porang dimana – mana, bahan baku porang antri. Sekarang PT Asia Prima Konjac sudah mampu memproduksi chip dan powder atau tepung porang. Tentu saja ini adalah langkah – langkah yang harus kita apresiasi, karena perusahaan ini berhasil menghilirisasi produk porang,” tutur Syahrul Yasin Limpo.
Namun, apakah Presiden sudah puas dengan produk Chip dan Tepung porang ini? Menurut Pak Menteri, belum. “Tidak cukup disini. Presiden minta sampe ke end product, bisa memproduksi mie atau beras dari porang. Ini (chip dan tepung) adalah hilirisasi awal. Sebab sekarang, selalu yang disebut orang penghasil end product porang adalah Jepang, padahal semua berasal dari Indonesia bahan bakunya,” pungkas Pak Menteri.
Syahrul Yasin Limpo menyebutkan, Ketika Kementerian Pertanian mulai memperhatikan porang, di Indonesia baru ada 16.000 hektar lahan yang ditanami porang. Saat ini, sudah sekitar 47.000 hektar. Itu sebuah tanda baik, sehingga pemerintah bertekad untuk menahan ekspor bahan mentah porang dan bibitnya ke luar negeri, agar lahan pertanian porang terus meluas.
Lalu bagaimana netizen memandang ekspor porang yang dihadiri Pak Menteri ini? Setidaknya terdapat 118 komentar pada posting Kementerian Pertanian ini. Isinya seru karena seperti menunjukkan kondisi dunia pertanian Indonesia yang menantang.
Simak saja apa kata akun @mas_wyjang72 yang mengingatkan bahwa netizen jangan kaget jika 2-3 tahun ke depan harga porang bisa anjlok, sekarang saja harganya Rp 6.000. Menurutnya, jika Kementerian Pertanian memang serius mengelola pertanian porang, maka berilah jalur khusus petani porang langsung ke pabrik, jangan melalui tengkulak bakul.
Nada optimis muncul dari akun @ifank_al.rasiq yang menuturkan bahwa peran kepala daerah di sini sangat penting dalam mendukung pemerintah pusat. Di daerahnya menetap, yaitu Nusa Tenggara Barat, gubernur setempat menegaskan siap menyediakan lahan dan bekerjasama mendukung petani untuk beralih dari menanam jagung ke porang yang lebih ramah lingkungan serta memungkinkan menambah hijau alam NTB.
Lalu Akun @yayasumantri_official mengabarkan bahwa dirinya ramai – ramai menanam porang di daerah Kuningan, Jawa Barat, akan tetapi sekarang tinggal panen, namun tidak ada yang beli. Tolong kami Pak Menteri @syasinlimpo.
Penasaran dengan komoditas ini? Yuk kita telusuri lebih dalam lagi untuk mengenal tanaman porang ini.
