Image default
Uncategorized

Bakal Ada Titel Ini Nih: Sarjana Terapan alias S.Tr

 

Boljug,

Bakal Ada Titel Ini Nih: Sarjana Terapan alias S.Tr

 

Boleh juga nih. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) tengah memperkenalkan title atau gelar pendidikan baru, namanya Sarjana Terapan, disingkat S.Tr. Siapa sih yang bisa mendapatkan gelar S.Tr?

Mereka adalah mahasiswa program Diploma 3 (D-3) saat ini atau existing yang statusnya akan berubah menjadi mahasiswa D-4. Kelak saat lulus, di belakang nama mahasiswa tersebut akan tersematkan gelar Sarjana Terapan (S.Tr).

Bagaimana persyaratan selanjutnya? Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Wikan Sakarinto menjelaskannya dalam Webinar Peningkatan Program Diploma Tiga (D-3) menjadi Sarjana Terapan atau Diploma Empat (D-4) secara virtual, 16 Februari 2021), sebagaimana diulas kembali dalam siaran resmi Kemendikbud pada Rabu, 17 Februari 2021.

Peningkatan program studi D-3 menjadi sarjana terapan harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya adalah Perguruan Tinggi Vokasi (PTV) yang memiliki Program D-3 terakreditasi minimal peringkat B atau baik sekali, serta memiliki kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Selain itu, PTV juga wajib mempersiapkan kerja sama dengan DUDI, mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, kurikulum yang kolaboratif dengan DUDI, serta regulasi akademik yang mendukung.

Pada prinsipnya untuk meningkatkan (upgrade) D-3 menjadi sarjana terapan, harus dilakukan bersama DUDI dengan skema taut suai (link and match) 8 + i. Diantaranya mencakup kurikulum yang disusun bersama dan berstandar DUDI; sertifikasi kompetensi guru, dosen, dan peserta didik yang sesuai standar dan kebutuhan DUDI; project based learning; menghadirkan ahli dari industri secara rutin untuk mengajar; dan seterusnya.

Adapun industri yang menjadi pengguna (user) lulusan, boleh berupa usaha mikro kecil menengah (UMKM), kecil, besar, maupun pemerintah daerah. Wikan menekankan bahwa kebersamaan harus dibangun antara PTV dan DUDI. “Paket menu link and match pada intinya adalah keterlibatan DUDI dalam semua aspek penyelenggaraan pendidikan vokasi. Kita “masak bersama” menu yang dibutuhkan industri,” ujar Wikan.

Lebih lanjut, Wikan menjelaskan bahwa huruf “i” pada skema 8+i ini, dapat bermacam-macam. Misalnya, beasiswa/ikatan dinas dari industri, atau super tax deduction yang merupakan motor luar biasa bagi vokasi. “Kita sudah punya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 128 Tahun 2019 tentang Pemberian Pengurangan Penghasilan Bruto atas Penyelenggaraan Kegiatan Praktik Kerja, Pemagangan, dan/atau Pembelajaran dalam rangka Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi Tertentu; maka insentif pemotongan pajak ini adalah peluang besar bagi kampus vokasi meningkatkan D-3 menjadi sarjana terapan. Intinya, buatlah Program Sarjana Terapan, tapi lakukan bersama industri,” ungkapnya.

Insentif bagi PTV dikatakan Wikan merupakan peringkat akreditasi. “Kemungkinan akan tetap tergantung dari tingkat kesiapan, nama Program Studi Sarjana Terapan disesuaikan dengan nomenklatur, mahasiswa D-3 saat ini (existing) statusnya akan berubah menjadi mahasiswa D-4,” tambahnya.

 

Ikuti Zaman

Perubahan zaman harus mampu disikapi dengan adaptasi yang tinggi. Lulusan D-4 harus kompeten, baik secara kognitif, keterampilan nonteknis (soft skills), dan integritasnya. Hal ini resep yang dinilainya harus ada dalam kurikulum D-4. Maka, pengembangan kurikulum harus berfokus pada karakter. “Jangan hanya (berkutat) di keterampilan teknis (hard skills) saja karena yang dibutuhkan industri adalah pemimpin-pemimpin di lapangan,” tegas Wikan.

Ia menekankan beberapa aspek keterampilan nonteknis (soft skills) yang dibutuhkan lulusan masa kini seperti kemampuan komunikasi, kepemimpinan, dan kerja sama. Ia pun memastikan bahwa proporsi pembelajaran vokasi tetap 60% praktek dan 40% teori.

Oleh karena itu, Wikan mengimbau para pemimpin kampus vokasi untuk memastikan bahwa keluaran kampus tidak hanya makalah (paper) penelitian, melainkan produk nyata. “Namun, dari awal input-nya juga penting. Kalau tidak ada niat dan passion, menu D-4 seperti apapun tidak akan sukses. Maka, D-4 harus giat promosi, rebranding, dan edukasi kepada calon mahasiswa, orang tua, dan industri,” imbau Wikan.

Wikan mendorong para pemimpin kampus vokasi “merancang” D-4 bersama industri selaku calon pengguna (user) lulusan. Dengan demikian, lulusan vokasi semakin dikenal karena perguruan tinggi turut mengedukasi masyarakat tentang pendidikan vokasi. Menurutnya, ketika semua politeknik dan kampus vokasi bergerak meningkatkan (upgrade) diploma tiga ke diploma empat maka industri akan menyadari dan tertarik. “Ayo kita buat (vokasi) lebih baik, jangan hanya ingin membikin ijazah diploma empat atau ijazah S-1 Terapan. Saya harap, niat bapak dan ibu membuat D-4 bukan hanya untuk asal lulus atau berjualan prodi,” tutur Wikan.

Wikan berharap, terdapat 50% mahasiswa D-4 masa depan yang berprestasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), olahraga, seni, dan debat. Mahasiswa jangan hanya mengejar indeks prestasi kumulatif (IPK). “Kita ingin menciptakan pemimpin masa depan, dan ini butuh mahasiswa yang kritis dan kreatif,” harapnya.

Perbedaan utama D-4 dan S-1 adalah porsi praktik yang lebih besar ketimbang teori, walaupun kedua jalur tersebut mewajibkan peserta didik merampungkan 144 sistem kredit semester (SKS). Wikan mengakui, bahwa lulusan D-4 memiliki kelebihan yaitu perolehan project protfolio, serta pengasahan keterampilan nonteknis (soft skills) dan keterampilan teknis (hard skills) yang kuat, selain ijazah dan transkrip. “Dalam piramida dunia kerja, D-4 lebih banyak dibutuhkan daripada S-1. Namun, D-4 dan S-1 sama labelnya dalam KKNI yaitu level 6 KKNI,” tutup Wikan.

 

Fokus di Depan

Pada masa yang akan datang, pendidikan vokasi tidak akan diarahkan untuk D-3. Fokus vokasi akan berpusat pada penguatan SMK, D-2 jalur cepat (fast track), D-4, magister terapan, dan doktor terapan. Hal tersebut ditegaskan Wikan karena ia mengakui perlu kerja sama seluruh pihak untuk terus menyosialisasikan dan memperkenalkan profil dan manfaat Program D-4, baik kepada calon mahasiswa, orang tua, dan industri terkait. “Rencana saya buat seribu surat kepada seribu perusahaan di Indonesia untuk memperkenalkan D-4,” ujarnya antusias.

 

Related posts

Info Bisnis Keren, Koperasi ini Sanggup Jual Kopi ke Starbuck

dadali

TCPI Raih Kontrak di Asam-asam Kalimantan Selatan

dadali

IATA Ubah Fokus Bisnis Jadi Induk Usaha dan Perusahaan Investasi

dadali
Select your currency
USD Dolar Amerika Serikat (US)