Image default
Uncategorized

Namanya Ikan Bubara, Potensi Bisnisnya Luar Biasa

 

Namanya Ikan Bubara,

Potensi Bisnisnya Luar Biasa

 

Di Indonesia bagian timur, terutama di Ambon, Maluku, terdapat sejenis ikan yang begitu digemari penduduknya, namanya Ikan Bubara. Di wilayah Indonesia lainnya, ikan ini dikenal dengan nama Ikan Kuwe. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan, banyak yang suka memakan ikan ini, sehingga potensi bisnis ikan bernama ilmiah Caranx sp. ini menjadi sangat menjanjikan dan bisa menjadi bisnis ikan yang menguntungkan. Sebab, di satu sisi, permintaan pasar domestik saja sudah begitu tinggi, sementara budidaya ikan ini masih tergolong baru, dimana sebelumnya masih mengandalkan hasil tangkapan.

Ada inspirasi bisnis dibalik ikan ini. Boleh jadi, keberhasilan para nelayan Pulau Ambon dalam pembenihan Ikan Bubara ini akan menjadi awal dari pertumbuhan bisnis ikan segar di Indonesia timur, atau bahkan hingga ke wilayah lain di Indonesia.

Baru pada tahun 2018, pembenihan ikan Bubara ini sukses dilakukan oleh Tim Teknis Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon. BPBL Ambon merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Ini menjadi pencapaian yang melegakan karena sepanjang sejarah, Ikan Kuwe hanya dapat dihasilkan dari hasil tangkapan alam.

Laman resmi KKP menyebutkan pada 18 September 2021 bahwa pada tahun 2020 BPBL Ambon juga berhasil memproduksi calon induk ikan bubara sebanyak 149 ekor. Setelah itu, unit kerja ini mampu menyebarkan bantuan sebanyak 23 ribu ekor benih Ikan Bubara berkualitas tinggi, ke pembudidaya di Ambon dan sekitarnya. Ini menjadi peluang bisnis ikan yang semakin menjanjikan.

Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Tb Haeru Rahayu, BPBL Ambon juga menyempurnakan teknologi pembesaran ikan bubara di Karamba Jaring Apung (KJA). “Dukungan dalam bentuk bantuan benih maupun pendampingan teknologi kepada pembudidaya akan terus kami dorong agar lebih banyak pembudidaya yang merasakan manfaat ekonomi dari Ikan Bubara,” tutup Tebe.

Diteliti Sejak 2008

Perekayasa Ahli Madya BPBL Ambon, Hariyano yang telah berkecimpung dalam kegiatan budidaya Ikan Bubara sejak tahun 2008 menerangkan, Ikan Bubara menjadi salah satu komoditas favorit pembudidaya KJA di Maluku karena laju pertumbuhannya yang cepat, yakni hanya membutuhkan waktu 5-6 bulan untuk mencapai ukuran konsumsi. Selain itu, ikan ini juga tahan akan penyakit, mudah diberi pakan, dan tingkat kelangsungan hidupnya tinggi hingga mencapai 90%. Ini menjadikan cara bisnis ikan laut yang menguntungkan.

“Ikan bubara ini juga memiliki harga jual yang cukup tinggi. Seperti di Kota Ambon yang mencapai Rp 65 ribu – Rp 80 ribu per kg untuk size ikan 2-3 ekor per kg. Harga jual ini juga cukup stabil bahkan tidak terpengaruh oleh pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak tahun lalu sehingga semakin banyak pembudidaya yang melirik peluang usaha pembesaran ikan bubara di KJA ini,” kata Hariyano.

Hariyano menambahkan, kualitas perairan yang baik, menjadi salah satu kunci dalam usaha pembesaran Ikan Bubara dan Provinsi Maluku dianugerahi kondisi perairan yang cocok untuk memaksimalkan pertumbuhan ikan bubara. Hal ini menyebabkan kegiatan pembesaran ikan bubara di KJA berkembang dengan cepat di Kota Ambon, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kota Tual dan Kabupaten Maluku Tenggara.

“Apalagi dengan daya serap pasar yang tinggi, masyarakat menilai pembesaran ikan Bubara ini cukup menjanjikan sebagai diversifikasi komoditas selain kerapu yang juga mereka budidayakan di KJA walaupun saat ini pemasaran ikan bubara masih berfokus pada pasar lokal karena sifat ikan bubara yang merupakan ikan pelagis sehingga cukup sulit untuk dapat dikirimkan dalam jumlah yang besar,” tuturnya.

Ekstra Hati-hati

Hariyano juga menjelaskan salah satu tantangan yang dihadapi dalam pembesaran ikan bubara ialah harus ekstra hati-hati saat bersentuhan langsung dengan ikan tersebut. Jika tidak dilakukan dengan ekstra hati-hati, dapat melukai ikan yang bisa mengakibatkan kematian. Untuk mengatasi hal tersebut, Hariyano menganjurkan kepada pembudidaya untuk dapat menggunakan jaring khusus yang terbuat dari kain untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan.

“Kami mengupayakan agar teknologi terkait budidaya ikan bubara dapat makin dikuasai sehingga produksinya semakin meningkat dan semakin banyak pembudidaya yang menguasai teknik budidaya ikan ini,” pungkas Yano.

Atas jasanya dalam mengembangkan teknologi pembesaran ikan bubara di KJA sebagai model usaha berbasis teknologi sederhana di kawasan Maluku, Hariyano dianugerahi Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden Joko Widodo. Ia dinilai aktif dalam berbagai uji coba untuk memperoleh teknologi budidaya yang baik dari segi penggunaan wadah, jumlah padat tebar, jenis pakan yang digunakan, frekuensi pemberian pakan, dosis pakan yang ideal, teknik transportasi, teknik grading, teknik pergantian jaring dan lain sebagainya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Waiheru Sejahtera, Mansir, yang merupakan salah seorang pembudidaya ikan di Teluk Ambon menyetujui bahwa ikan bubara menjadi salah satu komoditas yang disukai oleh pembudidaya KJA di Teluk Ambon karena permintaan pasar yang tinggi terutama di Kota Ambon serta tingkat kelulushidupan yang tinggi mencapai hingga 90%.

“Tingginya permintaan pasar masih belum dapat dipenuhi oleh kami pembudidaya di Teluk Ambon, sehingga area pengembangan masih terbuka sangat luas, apalagi ikan bubara juga memiliki harga jual yang cukup bagus,” jelas Mansir.

Bisa Rp 100 juta 

Dari usaha budidaya ikan bubara yang digeluti, kelompok yang beranggotakan 10 orang dan telah melakukan usaha budidaya sejak tahun 2010 ini bisa menghasilkan omzet hingga Rp 100 juta per siklus dengan melakukan penebaran benih sebanyak 15 – 17 ribu ekor dan masa pemeliharaan selama 7-8 bulan. Dari omzet tersebut, masing masing anggota dapat mengantongi keuntungan bersih sebesar Rp3-4 juta per bulan.

“Beberapa kendala yang kami hadapi dalam budidaya ikan bubara adalah kenaikan harga pakan di musim tertentu dan perubahan cuaca ekstrim yang terlalu panas atau hujan yang terlalu sering. Selain itu proses penyortiran juga memiliki peran penting agar tidak menghambat pertumbuhan ikan yang lebih kecil,” beber Mansir.

Mansir juga menyampaikan terima kasih atas perhatian yang diberikan oleh KKP maupun Dinas Perikanan setempat kepada para kelompok pembudidaya di Teluk Ambon dengan menyalurkan bantuan berupa sarana dan prasarana budidaya, benih maupun pakan ikan. “Kami juga berharap BPBL Ambon dapat memproduksi benih secara kontinu agar kegiatan budidaya ikan bubara yang kami lakukan dapat berkelanjutan,” pungkas Mansir.

 

 

Related posts

Kisah Tempe, 5.000 Kilometer dari Jakarta

dadali

IATA Ubah Fokus Bisnis Jadi Induk Usaha dan Perusahaan Investasi

dadali

Road to MotoGP Mandalika 2022, Kemenhub Siapkan Pelabuhan Berstandar Kapal Pariwisata

dadali
Select your currency
USD Dolar Amerika Serikat (US)