Image default
Uncategorized

Kelola Limbah Plastik dengan Nuklir, Indonesia Jadi Pilot Country

 

 

Gokil, Limbah Plastik Berteknologi Nuklir

Indonesia Disiapkan Jadi Pilot Country

Beberapa tahun terakhir ini, perlahan namun pasti, dunia tengah mencoba membuat terobosan keluar dari permasalahan limbah plastik yang selama ini dikenal sebagai limbah yang tidak dapat didaurulang. Akan tetapi, jarang yang tahu bahwa Indonesia termasuk negara yang cukup maju dalam membuat solusi atas limbah plastik tersebut.

Mulai tahun 2020 hingga 2024, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) mengkaji dan melakukan penelitian pengembangan komposit plastik yang terbuat dari komposit serat selulosa dan mikroplastik radio-trace serta radioekologi akuatik. BATAN sejak lama telah berkolaborasi dengan International Atomic Energy Agency (IAEA) dalam penggunaan energi nuklir untuk penggunaan damai, yang kemudian menjadikan IAEA menunjuk BATAN sebagai pusat kolaborasi untuk makanan dan industri.  Selanjutnya, BATAN terus mengkaji dan meneliti komposit plastik kayu dengan menggunakan serat berbasis kelapa sawit.

Hal tersebut terungkap saat Menteri LHK Republik Indonesia Siti Nurbaya memenuhi undangan dari Direktur Jenderal IAEA untuk menjadi pembicara pada IAEA High Level Round Table Discussion for The Asia and the Pacific Region “NUTEC Plastic: Atoms Contributing to the Search for Solutions to Plastic Pollution” yang dilaksanakan secara virtual pada 18 Mei 2021. Demikian yang disampaikan dalam siaran pers yang dipublikasikan laman resmi Kementerian Lingkungan HIdup dan Kehutanan RI http://www.menlhk.go.id/ pada Rabu (19 Mei 2021).

IAEA memang tengah mengembangkan program Nuclear Technology for Controlling Plastic Pollution (NUTEC Plastic) untuk mendukung negara-negara anggotanya mengintegrasikan teknologi nuklir dan teknologi turunannya dalam menjawab permasalahan limbah plastik. Tujuan utama dari program NUTEC Plastic adalah untuk meningkatkan kesadaran global atas meningkatnya jumlah timbulan dan dampak limbah plastik di lautan. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan metode produksi dan daur ulang plastik melalui penggunaan teknik radiasi sebagai komplemen atas praktek produksi yang telah ada.

Menteri Siti mengungkapkan, bahwa ada satu bagian di BATAN yang giat dalam rencana implementasi proyek NUTEC Plastic tersebut, yaitu Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) BATAN. PAIR telah menyiapkan dokumen rencana implementasi proyek NUTEC Plastic sebagai dasar endorsement bagi Indonesia menjadi pilot country. Melalui program ini diharapkan penggunaan iradiasi (polimerasi) dalam daur ulang limbah plastik dapat dikembangkan lebih lanjut melalui sektor industri pada skala ekonomi.

Menteri Siti menyampaikan apresiasi kepada IAEA atas program NUTEC Plastic-nya yang bertujuan membantu negara-negara di Kawasan Asia Pasifik dalam mengintegrasikan teknologi nuklir untuk pengelolaan sampah plastik. Dirinya meyakini bahwa inisiatif ini akan semakin mendukung strategi daur ulang plastik untuk menjawab tantangan dan permasalahan sampah plastik secara komprehensif, dari hulu hingga hilir, dengan memberikan inovasi teknologi untuk mengolah sampah plastik menjadi produk antara yang selanjutnya dapat digunakan untuk bahan industri, menciptakan inovasi baru untuk  industri plastik yang ramah lingkungan.

“Dalam konteks ini, izinkan saya meyakinkan kesiapan Indonesia untuk menjadi salah satu proyek percontohan yang ditawarkan IAEA, karena kami melihat manfaat proyek ini dalam meningkatkan kapasitas untuk mengendalikan teknologi radiasi dan memperkuat kemampuan sumber daya manusia di tingkat nasional,” jelas Menteri Siti.

Menteri Siti berharap, integrasi program NUTEC Plastic ke dalam program pengendalian limbah plastik nasional akan meningkatkan inovasi teknologi dan membantu mencapai target pengurangan limbah plastik dalam jangka panjang.

 

 

Related posts

Banyuwangi – Lombok Kini Terhubung, Ringankan Beban Lalu Lintas di Pulau Bali

dadali

Libur Akhir Tahun, Bank Tetap Buka Sebagian Outlet

dadali

Ekosistem Digital, Sinar Mas Land Bangun Gedung “Knowledge Hub”

dadali
Select your currency
USD Dolar Amerika Serikat (US)