Image default
Uncategorized

Menanti Kejutan Ekonomi dari Migrasi Digital TV

 

Menanti Kejutan Ekonomi dari Migrasi Digital TV

 

 

Bagi yang belum tahu manfaat Digital TV, mestinya ada rasa kesal karena tiba – tiba pesawat TV Analognya kehilangan fungsi menangkap siaran stasiun tv manapun. Tambah kesal lagi hanya ada dua opsi agar dia dapat menangkap siaran televisi lagi, yaitu Pertama, membeli TV baru yang memiliki kemampuan menangkap siaran tv digital. Kedua, tetap menggunakan tv analog namun menambah alat baru yakni Set Top Box yang harganya beragam, sudah banyak di e-commerce mulai dari Rp 170.000 sampai Rp 380.000. Kedua opsi ini membuat dompet harus dirogoh untuk membeli kelengkapannya.

Tidak bisa disalahkan jika orang Indonesia sebagian besar masih sangat terbiasa dengan tv analog. Sebab, TV Analog telah sangat lama menemani dan menghibur setiaprumah di dunia sejak tahun 1940 an, dengan segala kekurangnnya.

Di Indonesia, cerita memutar antena TV di atas atap rumah demi mendapatkan siaran televisi pernah sangat lumrah terjadi. Layar televisi yang buram dipenuhi “semut” atau gambar siaran televisi yang terganggu gara – gara petir, sudah tidak bisa disangkal lagi. Program televisi yang kurang kreatif, cenderung berputar pada ide tayangan yang sama, kerap mewarnai ruang televisi rumah tangga Indonesia, buah dari tingginya investasi infrastruktur yang menyedot investasi pada pengembangan program.

Semua itu akan hilang dengan migrasi dari TV analog menjadi TV Digital. Untuk migrasi inilah pemerintah melengkapi seluruh dasar hukumnya, hingga tidak ada celah. Mulai dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, lalu Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2021 tentang Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran, serta ketentuan lebih teknis yang diatur dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penyiaran.

Ujung dari seluruh aturan tersebut adalah dihentikannya siaran tv analog dimulai sejak 17 Agustus 2021 dan maksimal 2 November 2022. Inilah ucapan selamat tinggal pada siaran tv analog yang ringkih, dan selamat datang pada pada siaran tv digital yang menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo): Bersih Gambarnya, Jernih Suaranya, dan Canggih Teknologinya. Membuat semua biaya Set Top Box atau unit pesawat TV Digital menjadi terbayarkan.

Mengapa pemerintah ngotot dengan migrasi ini? Apakah hanya memuaskan kebutuhan visual siaran tv konsumen individu saja? Tentu bukan. Alasan utama lainnya adalah janji ekonomi yang ingin digapai dan diciptakan setelah program migrasi ke TV Digital rampung.

Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Komunikasi Publik, Rosarita Niken Widiastuti, seperti yang disiarkan situs Kemenkominfo pada 10 Juni 2021, mengutip temuan Boston Consulting Group (BCG) pada tahun 2017.  BCG mengestimasi multiplier effect yang akan dihasilkan apabila Indonesia mengalihkan Digital Dividend untuk internet pita lebar, maka dalam 5 tahun akan menghasilkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) sampai Rp 443,8 triliun.

Dengan PDB meningkat, maka penerimaan negara dari pajak dan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) pun akan cair, diperkirakan sekitar Rp 77 triliun. Besaran PDB itu juga berarti adanya tambahan 232 ribu lapangan pekerjaan baru dan 181 ribu unit usaha baru.

Bagaimana caranya?

Migrasi dari TV Analog menuju TV Digital sebenarnya adalah program pembenahan spektrum frekuensi radio pada pita 700 MHz. Saat ini, seluruh pita 700 MHz digunakan hanya untuk siaran televisi analog oleh sekitar 728 stasiun televisi di Indonesia.

Sebagai gambaran, anggaplah pita 700 MHz sebagai jalan raya. Saat ini, jalan raya tersebut digunakan oleh 728 penumpang mobil secara bersamaan. Mobil diasosiasikan sebagai infrastruktur lembaga penyiaran, seperti menara pemancar, sumber daya manusia, hingga tenaga listrik.  Masalahnya, kapasitas angkut mobil sangat terbatas, karena setiap stasiun tv harus membangun infrastruktur sendiri – sendiri. Jalan tol itu pun penuh.

TV Analog memakan ruang sebesar 328 Mhz. Padahal dengan TV Digital, hanya butuh 176 Mhz. Ada efisiensi 152 Mhz. Ruang hasil efisiensi inilah yang dapat digunakan untuk jalur pengembangan internet super cepat. Inilah sumber pertumbuhan ekonomi yang ditangkap oleh hasil survey BCG pada 2017.

Pengalaman Amerika Serikat

Internet sebagai pendorong tumbuhnya perekonomian bukan sekadar pepesan kosong. Pengalaman Amerika Serikat membuktikan hal itu. Hal tersebut direkam oleh survey yang dilakukan oleh Internet Association (IA) dalam publikasinya yang berjudul Measuring US Internet Sector 2019.

IA menunjukkan bahwa sektor internet berkontribusi sebesar 2,1 triliun Dollar AS atau 10,1% PDB Amerika Serikat, dan menciptakan 6 juta lapangan kerja yang terkait langsung dengan internet atau setara dengan 4% dari jumlah lapangan kerja di negeri ini. Sektor internet juga menciptakan 13,1 juta pekerjaan yang tidak secara langsung berhubungan dengan internet. Artinya, setiap 1 pekerjaan yang terkait langsung dengan internet, menghasilkan 2 lapangan kerjaan lain yang tidak terkait langsung dengan internet.

Internet telah melahirkan jenis – jenis pekerjaan baru yang pada awal abad ke – 20 masih langka. Seperti dicatat oleh careerfaqs.com.au, jenis pekerjaan yang menjamur karena internet antara lain adalah Social media manager, web developer, apple genius, android genius, SEO Consultant, App Developer, UX (user xperience) designer, Cloud services specialist, Software engineer, Copy Writer, hingga blogger.  Belum lagi termasuk para pembuat sepatu yang jualan secara online hingga pengrajin pakaian yang nampang di e-commerce.

Namun, ketangguhan internet juga merupakan tulang punggung pengembangan industri kreatif di Indonesia. Hal itu telah diyakini sejak lama. Misalkan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Kabinet Indonesia Bersatu II, Mari Elka Pangestu mengungkapkan dalam sebuah acara di Malang, Jawa Timur, 1 Mei 2012 lalu bahwa penggunaan internet, khususnya sosial media, dapat membantu kegiatan promosi sehingga menjadi lebih efektif dan efisien. 

Promosi melalui media internet dapat menekan biaya promosi, sehingga membuka peluang bagi industri kecil untuk memperkenalkan produk kreatifnya kepada masyarakat tanpa terbebani biaya promosi yang besar. “Hal yang paling penting bagi promosi produk kreatif adalah produk tersebut dikenal. Untuk itu, sarana promosi berupa pameran maupun promosi melalui media, misalnya internet sangat diperlukan,” jelasnya lagi.
Internet menjadi semakin penting di masa pandemi ini karena kebutuhan ruang apresiasi bagi pegiat industri kreatif semakin tinggi disaat aktifitas fisik dibatasi. Ruang kreatif ini dapat berperan sebagai inkubator kreatif yang dapat menjadi tempat lahir produk kreatif baru.

 

Digital TV akan membuka jalan yang lebar bagi layanan internet yang super cepat. Kecepatan inilah yang akan menambah kekuatan pada setiap pelaku usaha diatas untuk menciptakan transaksi ekonomi yang memberi berkah. Silahkan Anda ukur kebermanfaatan dari program migrasi ke Digital TV ini, dan segera ambil keputusan, membeli STB atau mengganti TV.

 

 

 

Related posts

Optimis Bisnis Terus Berkembang, Hasnur Tambah Kapal di Kalimantan

dadali

Update Covid – 19: Pasien Omicron Lokal Pernah Ke Restoran ini

dadali

Garuda Indonesia gelar Travel Fair, Temukan Diskon Hingga 80%

dadali
Select your currency
USD Dolar Amerika Serikat (US)