Image default
Keuangan

APBN Masih Surplus, Namun Pemerintah Waspadai Perkembangan Risiko Global

Optimisme masyarakat sedikit melemah seiring peningkatan kasus Omicron pada bulan Februari. Namun, IKK masih pada level optimis sebesar 113,1. Peningkatan kasus Omicron juga berdampak pada penurunan permintaan masyarakat untuk melakukan konsumsi. Terlihat pada realisasi IPR bulan Februari yang diperkirakan meningkat sebesar 14,5 persen (yoy), sedikit melemah dibandingkan pertumbuhan bulan Januari (15,35 persen yoy).

 

Pertumbuhan konsumsi listrik industri dan bisnis tinggi, menunjukkan kuatnya aktivitas dunia usaha, masing-masing mencapai 14,1 dan 9,3. Namun tingkat konsumsi masyarakat kembali meningkat di awal Maret seiring penurunan kasus Covid-19, dan diperkirakan akan semakin meningkat menjelang bulan Ramadhan. Selain itu, indikator dini aktivitas investasi (PMTB) masih kuat di awal tahun 2022. Konsumsi semen, penjualan mobil niaga, dan penjualan alat berat tumbuh positif pada Februari 2022, masing-masing 2,7 persen, 31,5 persen, dan 146,5 persen.

 

Baca Juga:

Biaya Penanggulangan Bencana Capai Rp 9,713 triliun

 

Neraca Perdagangan konsisten mencatatkan surplus, mencapai USD 3,83 miliar pada Februari 2022, didukung peningkatan ekspor. Realisasi tersebut ditopang ekspor yang tumbuh 34,14 persen (yoy), didukung oleh kenaikan ekspor nonmigas unggulan serta sektor manufaktur yang masih tumbuh kuat. Selanjutnya, impor di bulan Februari 2022 tumbuh 25,43 persen (yoy), didominasi oleh jenis barang input (bahan baku dan barang modal) yang mencerminkan berlanjutnya penguatan aktivitas produksi.

 

APBN Dipasang Antisipatif

 

Pemulihan ekonomi mampu mendorong tingkat penyerapan tenaga kerja yang cukup masif pada tahun 2021. Program perlindungan sosial dan pengentasan kemiskinan dalam APBN efektif menurunkan tingkat kemiskinan kembali ke level single digit menjadi 9,71% per September 2021, menuju ke tren perbaikan kesejahteraan masyarakat yang telah terjadi di masa prapandemi. Kebijakan pemerintah akan terus konsisten mendorong pertumbuhan yang inklusif dengan mengakselerasi pemulihan kesejahteraan, khususnya dari sisi penyerapan tenaga kerja yang lebih optimal serta pembangunan kualitas sumber daya manusia.

 

Baca Juga:

Krisis Dimata Sri Mulyani: Musim Dingin Terparah pun Akan Takut Pada Musim Semi

 

Normalisasi kebijakan The Fed dan konflik Rusia-Ukraina menekan pasar keuangan negara berkembang. Pasar SBN Indonesia mulai terdampak meskipun terbatas, didukung likuiditas dan membaiknya kondisi fundamental domestik. Selain itu, konflik Rusia-Ukraina juga menimbulkan kenaikan signifikan pada harga komoditas, khususnya pada sektor energi dan pangan.

 

Dengan adanya faktor risiko tersebut, terdapat potensi kenaikan pendapatan dan belanja, termasuk meningkatnya risiko pembiayaan APBN. APBN bersifat antisipatif, mengoptimalkan perannya sebagai shock absorber antara lain untuk menjaga pemulihan ekonomi, melindungi kesehatan dan daya beli masyarakat, serta menjaga kesinambungan fiskal.

 

Akselerasi Belanja Negara 

Related posts

Bursa Catat Tiga Aksi Korporasi Hari Ini, 24 Januari 2023

dadali

Satgas Panggil Lima Influencer  Terkait Promosi Binary Option dan Broker Ilegal

dadali

Rajin Nabung di BNI, Diganjar Mobil Listrik Mewah Tesla

dadali
Select your currency
USD Dolar Amerika Serikat (US)